Thursday, March 31, 2016

Intuisi dan Prediksi



Klik. Begitu gue lihat tombol hati menempel di salah satu gambar di akun instagram milik gue sendiri. Ternyata pelakunya adalah mantan yang paling gue kagumi hingga saat ini atau nanti. Kronologisnya begini:

Sabtu 26 Maret 2016 waktu Makassar.
Gue posting foto berlatar Masjid Apung Amirul Mukminin yang jadi ikon kebanggaan kota Makassar. Dan orang pertama-tama yang nge-like foto itu ialah mantan gue sendiri. Tepat namanya bertengger di sudut kiri bawah foto. Entah kenapa feeling dan intuisi gue saat itu bicara, dia bilang kalau gue bakalan ketemu mantan gue itu dalam waktu dekat. Perasaan itu semakin menyala. Semakin lama semakin membara di hati di pikiran gue. Semakin kuat. Bayangan sosok beliau semakin menjadi nyata.





Ndilalah.
Rabu 30 Maret 2016 waktu Jakarta.
Gue lagi di kantor bilangan Plaza Festival Jakarta. Si Yenni yang temen sekantor sekaligus temen deket mantan ngasihtau kalau gue kedatangan tamu. Gue kira palingan dia cuma becanda, jadi ya gue sedikit skeptis tapi kepo. Hahaha. Gue keluar lewat pintu lorong yang ke arah toilet. Dan…..
 
Jreng!
Gue sendiri sempat sedikit gak percaya dengan apa yang gue saksikan saat itu. Sang mantan yang cantik telah duduk manis di ruang tamu. Tetap gak berubah, malah makin dewasa. Makin matang dan siap untuk dipetik. Dia salting. Gue deg-deg-an gak karu-karuan. Ada perasaan entah apa namanya, ibarat orang lagi pedekate sama lawan jenis dan baru kenalan. Mungkin itu yang gue rasain saat itu. Bahasa Inggris yang tepat: rejuvenate. Iya, gue ngerasa seperti terseret ke linimasa waktu lampau di saat gue dan dia masih bersama. Dalam gugup gempita itu gue berusaha menguasai diri sendiri. Ibarat scene Pak Habibie ketemu Ainun atau Dilan yang ketemu Milea setelah sekian lama. Cuma bedanya kalau dua scene tersebut latarnya di Bandung, kalau kami di Jakarta. Walau cuma sebentar tapi gue bersyukur masih bisa ketemu sang bintang yang selalu gue ceritain ke orang yang tanya siapa dia. Bintang yang nyalanya gak pernah redup apalagi padam, yang selalu gue pamerin ke manusia di seluruh penjuru dunia. Terimakasih buat Yenni yang sudah berhasil membantu rekayasa kejadian ini.

Gue tau kalau mantan gue gak pernah ingkar janji. Dia pasti bakalan balik untuk temui gue. Dan pada hari Kamis 30 Maret 2016 di Jakarta, dia telah penuhi janjinya. Dan gue yakin bakalan ketemu lagi dengan dia suatu saat nanti. Insya Allah.


“Aku mencintaimu, itu sebabnya aku tak pernah selesai mendoakan keselamatanmu” [~Sapardi Djoko Damono – Dalam Doaku]

Wednesday, March 23, 2016

Taksi Konvensional vs Taksi Online



Entah apa yang ada di benak para supir taksi yang berdemo, melakukan aksi, konon katanya, dengan semangat juang 45. Memberhentikan sejumlah kendaraan laksana superhero di film hollywood, yang bahkan tidak ada sangkut pautnya macam ojek yang berupa roda dua. Bahkan alih-alih, taksi yang beroda empat tak luput dari sasaran aksi yang sudah menjadi reaksi bernama kebrutalan. Bahkan seorang ibu yang membawa anak, yang tidak jelas juntrungannya dan tidak ada hubungannya dalam kasus perang analog vs digital itu, karuan ikut jadi pemain figuran. Dipaksa turun dari taksi. Sebuah nama yang membawa sebuah nilai besar di dalamnya harus dipaksa hancur dalam waktu sekejap. Si burung biru yang katanya jadi pelopor kendaraan modern bernama taksi itu harus cemar dalam waktu kedipan mata.

Dimanakah nurani sembunyi? Entah setan dari antah berantah mana yang datang masuk ke arena bernama ibukota Jakarta. Mungkin Lucifer menitipkan kakitangannya untuk membisikkan hasut dan dengki pada manusia-manusia berseragam biru. Atau mungkin ada terselip Sengkuni yang menyamar diantara kerumunan manusia itu. Bertempik sorak seraya bilang hore. Untuk kemudian mengeksekusi dengan satu tujuan: destruksi.


Taksi oh taksi. Sungguh malang nasibmu. Di tengah serbuan menggila dari revolusi industri digital bernama online, seharusnya engkau wahai taksi konvensional membuka mata dan hati. Bukan sebaliknya dengan cara kotor berbalut anarki. Cukuplah sudah bangsa ini menderita atas penjajahan bangsa asing. Tak perlu lagi ada tangis anak negeri di negerinya sendiri.

Ketika akal sehat tidak lagi bisa bicara. Beginikah cara menyelesaikan persoalan? Meminjam kebalikan dari istilah pegadaian, mungkin inilah namanya cara menyelesaikan masalah dengan masalah.

Saturday, March 19, 2016

Kata Pengantar Skripsi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim. Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, kami memuji-Nya, mohon pertolongan-Nya, serta mohon ampunan-Nya. Kami berlindung dari kejelekan jiwa dan kejelekan amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk, maka tak ada yang mampu menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan, maka tak ada yang mampu memberi petunjuk. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada para Sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Akhirnya skripsi berjudul “Analisis Morfologis Kata Serapan Bahasa Rusia Iklan Paket Pariwisata Pulau Bali” telah diselesaikan oleh penulis demi melengkapi persyaratan meraih gelar sarjana humaniora. Penulis sadar bahwa dalam penggarapan skripsi ini banyak mengalami kendala. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1)                Ibu Sari Endahwarni, M. A. sebagai pembimbing spesial bagi penulis dalam menyelesaikan penggarapan skripsi ini. Saya tidak mungkin dapat membalas semua ilmu yang telah ibu berikan kepada saya.
2)                Staf pengajar jurusan Rusia: (Alm.) Bpk Dr. Singkop Boas Boangmanalu, (Alm.) Bpk Abdullah, Bpk Suhardjo, M.A, Ibu Mina Elfira, Ph.D, Bpk Dr. Zeffry Alkatiry , Ibu Prof. Dr. N. Jenny M. T. Hardjatno, Bpk Banggas Limbong, M.Hum, Bpk M. Nasir Latief, M. A., Bpk Ahmad  Sujai, M. A (terima kasih atas buku serta bimbingannya), Ibu Thera Widyastuti, M.Hum, Ibu Nia Kurnia Sofiah, M. AppLing, Pak A. Fachrurodji, M. A, Pak Fadli Zon, Msc, Mas Abuzar Roushanfikri, S.Hum (untuk diskusi serta petatah-petitihnya), Om Reynaldo de Archelie, S.Hum, Kak Rahmalina, S.Hum serta Kak Sari Gumilang, S.Hum (terima kasih untuk pinjaman skripsinya).
3)                Mas Irvan Indrawan, Andri Haykal dan keluarga di Bali. Terima kasih atas bantuan data dan dukungannya. Tanpa bantuannya saya tidak mungkin mampu menyelesaikan skripsi ini. Saya tidak bisa membalas budi anda dengan apapun.
4)                Teman-teman seperjuangan Rusia angakatan 2006: Ismar, Alam, Hyunisa, Jena, Anggi, Dariyah, Dwi, Vidia, Tika, Nova, Christy, Wendy, Adis serta Tabkang Inayatullah (yang tiada henti menyemangati penulis). Kalian semua teman-teman senasib sepenangggungan dalam pertempuran, semoga tetap solid dan tali silaturahmi di antara kita tetap terjaga. Terima kasih juga bagi seluruh anggota IKASSLAV (Ikatan Kekerabatan Sastra Slavia).
5)                Rekan-rekan dari jurusan lain yang selalu menyemangati penulis: Ragil Bagus, Zikri, Khaidir, S.Hum, serta rakyat ‘Kerajaan Libri’ (semoga selalu ada penerus kita), Andi Pratomo S. Pd mahasiswa program pendidikan bahasa Perancis UNJ (terima kasih untuk dukungannya), Made Putri Mega Sari (semoga cepat meraih S.Pd) atas semua dukungannya lahir batin menemani suka duka penulis menyelesaikan skripsi ini.
6)                Kru-kru di Bali: Fajar Sofyan, Bli Faisal Akhyar, S.Pd & sekeluarga, Azmi, Ryan, Alvi Revaldo, Pakde, Bude, serta Eka Alfarabi, S.Hum yang telah membantu saya dalam mencari bahan skripsi ini. Kenangan di Bali 2010 tak akan saya lupa.
7)                Rekan-rekan kaskuser regional Jakarta dari tim rusuh TNT (Tempat Nongkrong Timur) yang telah menjadi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8)                Terakhir bagi kedua orang tua penulis: Drs. Abdul Rahman Hamid & Asma Malik, S.Pdi. Terima kasih atas segalanya, hanya ini yang mampu penulis berikan untuk kalian berdua. Tidak lupa untuk adik dan kakak penulis: Annisa Nurfadila Putri & Dody Mardanus Cani, S.E untuk dukungan semangatnya.
Penulis mohon maaf jika ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi semua. Atas perhatian sidang pembaca yang budiman, penulis ucapkan terima kasih.

                                                                             Jakarta, Juni 2010


                                                         
                                                                             Romika Junaidi

Friday, March 18, 2016

Surat untuk Neneng


Hai Neneng.
Lama aku tak melisankan nama itu. Nama yang menguasai segenap penjuru hati ini sekian masa. Aku gak bisa sembunyikan perasaan kangen ini. Kemarin pas long wiken, aku sempat berniat ingin ketemu kamu. Sekedar kepo ingin tahu gimana kamu sekarang dan pada akhirnya menyelesaikan kangen yang cuma kamu muaranya. Ternyata takdir berkata lain. Tapi aku masih percaya bakalan ketemu kamu di lain waktu. Sedih rasanya baca kata per kata darimu. Maaf aku gak bisa bantu, karena memang aku gak bisa. Tapi aku percaya kamu mampu lewati ini semua. Kamu bintang terbesar dan terpilih dari milyaran bintang di hidupku yang cahayanya gak pernah redup apalagi padam. Titip baik-baik kangen ini, nanti aku ambil kembali. Aku tahu kamu gak pernah ingkar janji untuk ketemu lagi. Reuni.

Salam hangat

~ Babang